Alirkan Oksigen ke Otak dengan Hiperbarik
ANAK yang menderita autis bisa hidup normal bila
mendapat terapi tepat. Saat ini tersedia beberapa jenis terapi untuk anak
autis. Salah satunya terapi oksigen hiperbarik.
Menurut psikiater anak Omni Medical Center Hospital,
Pulo Mas, Jakarta, dr Melly Budhiman, terapi oksigen hiperbarik adalah suatu
cara untuk memberikan oksigen pada tekanan udara yang lebih tinggi pada
seseorang untuk memperbaiki kondisi-kondisi tertentu.
''Autisme terjadi karena adanya gangguan pada fungsi
otak. Kondisi kekurangan oksigen merupakan salah satu penyebab timbulnya
gangguan tersebut. Kondisi itulah yang diperbaiki dengan terapi hiperbarik,''
kata dr Melly.
Pada praktiknya, lanjutnya, orang yang menjalani
terapi itu masuk tabung hiperbarik. Tabung kemudian dialiri oksigen dan tekanan
udara di dalam tabung ditinggikan menjadi 1,3 atmosphere absolute.
Pada kondisi normal, oksigen yang dihirup dari udara
pernapasan dibawa sel-sel darah merah menuju ke seluruh tubuh. Pada terapi
hiperbarik, dengan tekanan udara tinggi, oksigen didorong masuk ke setiap sel
tubuh melalui seluruh cairan tubuh, termasuk cairan plasma, getah bening, dan
cairan otak.
Cairan otak tersebut, jelas dr Melly, mengelilingi
otak dan sumsum tulang. Dengan demikian, setiap sel otak akan mendapat aliran
oksigen lebih besar daripada dalam kondisi normal. Aliran oksigen ke sel-sel
otak itulah yang dapat memperbaiki fungsi otak sehingga gejala-gejala autisme
akibat kurangnya oksigen di otak bisa diperbaiki.
Lebih lanjut, dr Melly menjelaskan, sesuai dengan
prinsip kerjanya, terapi oksigen hiperbarik sangat sesuai untuk penderita
autisme yang memiliki indikasi kekurangan oksigen.
''Misalnya anak autis dengan riwayat semasa dalam
kandungan terlilit tali pusar hingga denyut jantungnya melemah, tertahan lama
di jalan lahir, lahir dengan tubuh kebiruan dan tidak langsung menangis,''
jelas dr Melly.
Melihat kondisi otak yang kekurangan oksigen, tambah
dr Melly, dapat dilakukan dengan bantuan alat pindai khusus. Sayang alat itu
belum ada di Indonesia dan baru ada di Singapura.
''Dengan alat tersebut bisa kelihatan, otak yang
kekurangan oksigen terlihat pucat,'' ujar dr Melly lagi.
Biasanya, terapi oksigen hiperbarik dilakukan berulang secara rutin. Lama terapi pada setiap sesi biasanya sekitar 1 jam. Namun, sebelum menjalani terapi ini, kata dr Melly, penderita autis harus menjalani pemeriksaan awal terlebih dulu.
''Sejauh ini, banyak orang tua pasien yang cukup puas
dengan perbaikan yang dialami anaknya setelah mendapat terapi ini.''
Selain memperbaiki fungsi otak, secara umum ekstra
oksigen yang didapat dari terapi oksigen hiperbarik juga berguna untuk
meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit, membentuk pembuluh darah kapiler baru, membunuh
kuman-kuman anaerob dalam usus, dan membantu setiap organ dalam tubuh berfungsi
dengan lebih baik.
Karena
itulah, selain untuk penderita autisme, terapi hiperbarik juga berguna untuk
pasien stroke, migrain, dan cerebral palsy atau kelumpuhan akibat otak
kekurangan oksigen
Penulis : Eni Kartinah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar